Karena lemahnya Aqidah Islamiyah yang
menghujam ke hati kita, karena sedikitnya ilmu agama kita, dan juga karena
pandainya agen-agen syetan mengemas produk yang mereka tawarkan dan penampilan
lslami yang mereka tampakkan serta maraknya media-media yang mengiklankan mereka,
maka banyak sekali masyarakat lslam yang tertipu dan terpedaya.
Sihir yang
mereka tawarkan dianggap karamah, kesesatan mereka dianggap ketaatan,
penyimpangan mereka dianggap wajar dan suatu keharusan, keanehan mereka dianggap
suatu keistimewaan.
Dan yang lebih naif lagi, figur yang dinilai
sebagai Ulama oleh masyarakat malah melegalisir keberadaan mereka dan
mengatakan kepada orang-orang awam bahwa, “Kita tidak layak untuk menilai
mereka atau mengoreksinya, karena maqomnya (levelnya) berbeda, mereka sudah ma’rifat
sementara kita masih syariat.”
Memang kalau kita pribadi tidak layak untuk menilai
mereka, karena belum tentu kita lebih baik dari mereka. Tetapi parameter penilaian di sini adalah syariat Islam.
Syariat adalah mikroskop yang akan menguak
virus-virus dan bakeri-bakteri kesesatan mereka. Syariat adalah barometer akan seberapa
jauh penyimpangan mereka dengan keanehan-keanehan yang mereka miliki.
Dan
teladan terbaik serta figur hidup yang kita jadikan cermin dalam pengamalan
syariat lslam adalah Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam. Sufyan Ats-Tsauri berkata, “Tidak dianggap
suatu perkataan kecuali bila dibuktikan dengan perbuatan. Perkatan dan
perbuatan tidak dianggap benar bila tidak dibarengi niat yang benar. Perkataan,
perbuatan dan niat tidak bisa dikatakan lurus dan benar bila tidak sesuai
dengan sunah Rasulullah .” (Talbis lblis: 16).
Untuk lebih jelasnya, marilah kita simak
perbedaan antara karamah dan sihir. Agar kita tidak mudah tertipu oleh syetan, baik
syetan dari jin atau syetan dari manusia. Tidak mudah tergoda oleh penampilan dan
kemasan. Tidak mudah tergiur oleh gencarnya iklan dan bujuk rayuan. Covernya
islami tapi isinya syirik. Slogannya rahmani tapi cara dan aktifitasnya syaithani.
Di antara Perbedaannya adalah sebagai berikut:
1. Karamah itu datangnya dari Allah, sedangkan
sihir berasal dari syetan.
Ketika Nabi Zakaria as. Bertanya kepada Maryam
tentang makanan yang selalu tersedia di mihrabnya. Maryam meniawab, “Makanan
itu dari sisi Allah.” Sedangkan kita mengetahui bahwa Maryam bukanlah seorang
Rasul atau Nabi, sehingga hal yang luar biasa itu tidak kita kategorikan sebagai mukjizat.
Tapi itulah karamah yang diberikan Allah kepada sosok perempuan yang suci, ibu dari
Nabi Isa as.
Kisah serupa juga pernah dialami oleh al-Hallaj
atau al-Husein bin Manshur (858-922 H) bersama sekelompok pengikutnya, ketika
mereka minta makanan manisan, maka Al-Hallaj bangkit dan pergi ke suatu tempat
yang tidak jauh, dan tak berapa lama ia kembali dengan membawa nampan yang
penuh manisan.
Tapi akhirnya terkuak bahwa manisan tersebut adalah hasil curian
jin (syetan) dari sebuah warung permen di Yaman. Begitulah cerita sihir yang di
klaim pengikut Al-Hallaj sebagai karamah seperti yang diceritakan lbnu Taimiah
dalam Majmu Fatawa di permulaan jilid 35.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala Berfirman, “Allah pelindung
orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.
Dan orang-orang kafir pelindung mereka adalah thaghut (syetan) yang
mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka adalah penghuni
neraka, mereka kekal di dalamnya.” (QS. Al-Boqoroh: 257).
2. Karamah tidak dapat dipelajari sedangkan sihir
bisa dipelaiari.
Dalam lembaran sirah kehidupan tauladan kita
Rasulullah, tidak kita baca bahwa Rasulullah Shallahu Alaihi Wassalam mempelajari karamah atau mengajarkannya
kepada sahabatnya, para sahabat pun tidak pernah mengajarkan karamah kepada
generasi sesudahnya, yaitu para tabiin.
Karena memang karamah adalah hadiah langsung
dari Allah yang diberikan kepada hamba-Nya yang Sholih.
Dengan demikian kalau ada lembaga atau
instansi yang mengajarkan karamah kepada murid-muridnya itu merupakan kesalahan
yang menyimpang dari pengertian karamah itu sendiri. Ada di antara masyarakat kita
yang belajar karamah dengan cara seakan-akan lslami.
Seperti puasa dengan
jumlah bilangan hari atau dengan wirid dan doa tertentu dalam hitungan ratusan
atau ribuan, Bahkan ada yang memburu karamah dengan mediasi dan bertapa di
tempat-tempat yang mereka keramatkan atau dianggap angker. Yang lebih naif
lagi, dalam menjalankan ritualitas tersebut mereka mengabaikan perintah-perintah
Allah yang wajib atau yang sunah.
Kalau dengan metode pembelajaran tersebut,
ternyata mereka berhasil memperoleh sesuatu yang luar biasa maka bisa dipastikan
itu adalah sihir dan syetanlah sebagai mahaguru mereka.
Allah memberitahukan
hal tersebut dengan firman-Nya, “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca oleh
syetan-syetan pada masa kerajaan Nabi Sulaiman (mereka mengatakan bahwa Nabi
Sulaiman melakukan sihir), syetan-syetan itulah yang kafir (melakukan sihir).
Mereka mengajarkan sihir kepada manusia.” (QS. Al-Baqorah: 102).
Kelebihan yang diambil dengan mempelajarinya
atau mencarinya maka bisa dipastikan itu bukanlah karamah, tetapi sihir.
3. Karamah tidak bisa ditransfer sedangkan sihir
bisa ditransfer.
Karamah termasuk sesuatu yang tidak bisa
dipindahkan ke orang lain, baik secara kontak langsung atau tidak langsung, jarak
dekat atau jarak jauh. Karena karamah itu milik Allah, tetapi sebaliknya ilmu
sihir bisa ditransfer ke orang lain, baik dengan jarak dekat (langsung) atau
dengan jarak jauh.
Bahkan mereka sekarang memanfaatkan
teknologi internet untuk mentransfer sihir ke antar negara dan antar benua. Karena
pada hakekatnya kekuatan sihir mereka adalah jin (syetan) yang bisa bergerak cepat
dan selalu siap siaga untuk membantu manusia dalam rangka penyesatan dan
pengelabuhan.
Perhatikan iklan provokatif yang ada di salah satu majalah
seperti, “Transfer ilmu Hikmah. lnginkah anda mempunyai kemampuan supranatural
yang mengagumkan? Anda bisa menembus
dimensi astral khodam jin, malaikat. Dalam tingkat lanjut anda dapat menguasai karamah
para wali dan kyai-kyai.”
Kita tidak tahu persis, sudah berapa puluh
ribu orang yang telah tertipu dengan iklan tersebut atau yang senada dengannya.
Padahal kita tidak pernah mendengar Rasulullah dan para sahabatnya mentransfer
karamah satu sama lainnya. Jadi jelas bagi kita kalau ada karamah yang bisa
ditransfer kesana kemari adalah sihir. Dan sihir bukan karamah dalam terminologi
syariat lslam.
4. Karamah tidak bisa diwariskan, berbeda dengan
sihir yang bisa diwariskan kepada siapapun yang berkenan.
Karena karamah itu bukan harta atau benda
yang bisa dimiliki, ia merupakan pemberian Allah seketika itu juga. Maka ia
tidak dapat diwariskan kepada siapapun. Dan karena tidak ada ritual atau cara
khusus untuk mendapatkannya, maka karamah tidak dapat ditelusuri untuk
menemukannya kembali. Dan juga tidak bisa dinapaktilasi untuk mewarisinya jika
orang yang diberi karamah sudah meninggal.
Hal ini berbeda dengan sihir yang hakekatnya
merupakan tipu daya syetan. Siapa saja yang mendapatkan ilmu sihir, lalu
sebelum meninggal ia ajarkan kepada orang lain metode mempelajarinya, maka orang
tersebut bisa mewarisi jin yang telah membantunya dalam keberhasilan penerapan
ilmu sihir-menyihir.
Jangankan ada prosesi pewarisan (pengalihan
hak milik), tanpa itu pun jin berusaha untuk dimiliki oleh keturunan “sang dukun”,
agar bisa mendapatkan korban yang lebih banyak dan melanggengkan pengaruhnya kepada
anak manusia.
Karena keturunan sang dukun tidak mau menerima warisan
tersebut, akhirnya kehidupannya diganggu dan ketenangannya diteror, bahkan sampai
tahap gangguan fisik yang menyakitkan.
5. Karamah tidak dapat didemonstrasikan, tapi
sihir bisa didemonstrasikan.
Kita tidak pernah mendengar riwayat atau
membaca sirah kehidupan Rasulullah dan sahabat mempersiapkan diri, latihan atau
berkemas-kemas untuk pertunjukan kesaktian atau kehebatan dalam ilmu
kedigdayaan.
Entah itu untuk penggalangan dana atau hiburan atau pun
menjadikannya sebagai sarana dakwah, sebagaimana dalih yang dikemukakan para pendekar
“karamah” dan akrobatik-akrobatik sihir.
Memang Khalid bin Walid pernah melakukan
sesuatu yang spektakuler, itu pun terpaksa dan bukan disiapkan terlebih dahulu
tapi spontanitas, selanjutnya Khalid tidak pernah mempertunjukkan kembali
kejadian tersebut, yaitu meminum racun waktu dia dan pasukannya mengepung
benteng musuh.
Pimpinan mereka berkata, “Kami tidak akan menyerah sebelum kamu
meminum racun.” Khalid pun meminumnya dan dia tetap segar bugar dengan idzin
Allah.
Maka dari itulah, apabila ada seseorang yang
tampak darinya sesuatu yang luar biasa, lalu yang bersangkutan berusaha menampilkan
kembali atau memamerkan ke khalayak, maka bisa dipastikan itu adalah sihir
bukan karamah. Apalagi kalau hal tersebut diorganisir dan dijadikan sebagai
obyek bisnis atau mesin pencetak uang.
6. Karamah tidak bisa diprediksi kedatangannya, sedangkan
sihir dapat diprediksi.
Karamah hanya diberikan kepada hamba-hamba
Allah yang beriman dan bertaqwa. Namun, realitanya tidak semua orang Mukmin
yang bertakwa mendapat karamah dari Allah. Oleh karena itu kita tidak bisa mengatakan
jika seseorang beriman dan memperbanyak ibadahnya kepada Allah, itu sebagai
pertanda bahwa orang tersebut akan mendapatkan karamah.
Apalagi cuma dengan puasa
beberapa hari atau shalat seribu rakaat atau wirid doa sekian puluh ribu kali
pasti akan mendapat karamah. ltu semua merupakan doktrin yang tidak berdasar
pada dalil syariat.
Beda halnya dengan sihir, bila seseorang
melakukan ritualitas tertentu atau pemujaan dengan pengabdian kepada jin, atau
melecehkan ayat-ayat Allah dengan mengencingi kitab suci Al-Qur'an atau
menjadikannya sebagai sandal menuju toilet dan sejenisnya, maka hampir bisa
dipastikan iin akan bersenang hati dan bergegas menuruti permintaan orang
tersebut.
Hal itu dilakukannya untuk melanggengkan kesyirikan dan kesesatan
si pelaku. Sekaligus sebagai bentuk tipu daya bagi pelaku-pelaku bid’ah yang akhirnya
berdalih bahwa apa yang dia lakukan juga diterima dan dikabulkan Allah.
Memang kalau pun
pelaku-pelaku sihir itu sukses dalam menjalankan misinya, itu semua berkat
idzin Allah. Tapi karena cara dan kinerjanya yang tidak sesuai dengan syariat,
maka Allah tidak meridhoinya. Bahkan perbuatan mereka akan mengundang murka dan
laknat Allah.
Jadi jangan heran kalau ada seseorang
bertapa di gunung, goa, hutan beberapa minggu, atau berguru ke perguruan-perguruan
kedigdayaan dengan menjalani ritualitas yang tidak pernah diajarkan Rasulullah,
lalu mendapatkan “keajaiban dan keanehan”, karena itu adalah hasil karya syetan
dan teman-temannya.
7. Karamah biasanya teriadi tidak berulang-ulang,
sedangkan sihir bisa diulang-ulang.
Kita pernah mendengar karamah-karamah yang
dimiliki oleh beberapa sahabat. Seperti Salman al-Farisi makan di piring, lalu
piring itu bertasbih. Usaid bin Hudhair saat keluar dari majlis Rasulullah ada
cahaya yang meneranginya, Amir bin Fuhairah mati syahid jasadnya terangkat ke
langit dan masih banyak yang lainnya.
Kalau kita perhatikan peristiwa tersebut hanya teriadi sekali
dalam kehidupan mereka. Kalau pun terulang seperti yang dialami Maryam, ibunya Nabi
lsa, itu beberapa hari saja saat belum punya anak, setelah itu tidak kita
dengar dia selalu mendapat jatah makanan itu lagi.
Lain halnya dengan sihir, si tukang sihir
terus bisa mengulangi atraksi-atraksi sihirnya, selama “upeti” yang disetorkan kepada jin pelayannya jalan terus.
Pengorbanan demi pengorbanan terus dilakukan, permintaan jinnya terus dituruti,
kesyirikan demi kesyirikan terus dipersembahkan.
Tapi kalau si tukang sihir
membelot dan mengingkari perjanjian yang sudah disepakati dengan jin, maka jin itu
akan berbalik meneror si tukang sihir dan menyakitinya, bahkan obyek sasarannya
bukan cuma dia, biasanya merembet ke istri dan anak keturunannya serta keluarga
yang lain.
Itulah jahatnya jin (syetan). Sehingga orang yang terlanjur
berprofesi sebagai dukun atau tukang sihir akan sulit dan berat untuk keluar
dari belenggu syetan dan jaring-jaringnya. Di samping dia harus menanggung
resiko yang begitu mengerikan dan fatal.
8. Karamah itu dimiliki orang shalih, sedangkan
sihir dimiliki orang munafiq, fasiq dan kafir.
Imam Nawawi mendefinisikan orang yang shalih
adalah orang yang selalu melaksanakan kewaiibannya kepada Allah dan menunaikan
kewajibannya kepada sesama manusia dengan baik. lmam al-Haramain mengutip adanya
ijma’ (kesepakatan ulama) bahwa sihir tidak akan muncul kecuali dari orang yang
fasiq sedangkan karamah tidak akan muncul dari orang yang fasiq (pendosa).
Akan
tetapi karamah itu kadang muncul sesuai kondisi seseorang. Jika karamah itu
diberikan saat iman orang tersebut melemah, maka ia akan memperkokoh lmannya.
Orang yang lebih sempurna iman dan
ketaqwaannya tidak akan membutuhkan karamah. Karena dia sudah merasa cukup atas
apa yang dimilikinya, yaitu kedekatan Allah Yang Maha Perkasa dengannya dan
senantiasa melindunginya.
Maka dari itulah orang-orang yang memiliki
karamah tidak akan gentar bila bertemu dengan orang-orang shalih sepertinya. Bahkan
merasa aman dan tentram serta bergembira. Pertemuan tersebut tidak akan mengancam
keberadaannya.
Apalagi bila berhadapan dengan tukang-tukang
sihir, mereka tidak akan bergeming atau menciut nyalinya. Sebaliknya tukang-tukang
sihir kalau bertemu dan berhadapan dengan orang-orangyang shalih, mereka akan
gentar dan gemetar. Takut dan khawatir kalau jin (syetan) yang setia
membantunya lari dan kabur, sehingga sihirnya luntur dan sirna.
9. Karamah tidak bisa diperjualbelikan sedangkan
sihir bisa diperjualbelikan.
Kalau anda memperhatikan media-media cetak,
terutama yang berkaitan dengan mistik, maka anda akan menjumpai beraneka macam
iklan yang menawarkan sihir berkedok karamah. Ada yang memakai kata karamah,
keramat, benda supranatural atau tenaga dalam serta kedigdayaan atau kesaktian.
Ada yang berterus terang mencantumkan label harganya ada yang diperhalus
bahasanya dengan kata mahar, infaq, ongkos kirim atau pengganti puasa dan tirakat.
Kalau kita mendapatkan karamah yang diobral semacam itu maka pastilah itu adalah
sihir.
Karamah itu bukanlah benda atau barang yang
bisa dijadikan hak milik atau hak paten, dan juga bukan obyek dagangan yang menjanjikan
income yang menggiurkan. Jual beli dalam hal ini sarat dengan penipuan dan penyesatan.
Karena konsumen digiring kepada kemusyrikan dan pendangkalan tawakal kepada
Allah. Bahkan bisa jadi si konsumen akan dibawa kepada penduaan Allah dan
pemujaan syetan beserta bala tentaranya. Maka dari itulah, hindari transaksi-transaksi
yang berkaitan dengan ilmu atau benda “keramat”, sebelum anda merugi dunia dan
akhirat.
Akhirnya, janganlah anda mudah terpesona dan
terpedaya dengan tawaran untuk menjadi orang shalih yang instan atau orang
sakti dadakan ataupun ahli pengobatan. Karena sihir bukanlah karamah. Dan
sihirlah yang banyak bergentayangan hari ini. Waspadalah, jangan gadaikan iman.
Sumber : Majalah Ghoib Edisi
11/2
RRIAds - Bidara Ruqyah (Order via Tokopedia / KLIK GAMBAR)
FB: Rumah Ruqyah Indonesia - Twitter @RumahRuqyahID
0 comments:
Post a Comment
Postingan antum akan tampil setelah diseleksi dan layak tampil. Jazakumullah Khairan Katsiran