Ilmu perbintangan atau astrologi marak
sekali kita saksikan dan mudah kita akses di berbagai media. Baik media cetak
maupun elektronik. Untuk melihat hokum ramalan perbintangan (nujum), syari’at
Islam dengan detail telah membahasnya.
Ilmu perbintangan terbagi menjadi uda
bagian. Pertama, Ta’tsir yaitu pengaruh keberadaan bintang-bintang terhadap
nasib seseorang. Kedua, Tasyir yaitu peredaran bintang-bintang di langit.
Ilmu Ta’tsir sendiri ada tiga macam
Pertama, meyakini bahwa bintang-bintang itu sangat berpengaruh
secara langsung atas timbulnya kejadian-kejadian dan musibah-musibah yang ada.
Ini merupakan syirik besar karena menduakan Allah SWT sebagai sang Kholiq.
Kedua, menjadikan bintang-bintang sebagai sarana untuk
menyelami hal-hal yang ghoib dengan cara mengamati pergerakannya, perpindahan
dan perubahan posisi bintang-bintang tertentu yang diyakini akan menimbulkan
peristiwa ini dan itu. Hal ini adalah kekufuran yang menyebabakan pelakunya
keluar dari Islam. Karena dia mengklaim hal yang ghoib yang sebenarnya hanya
hak otoritas Allah semata.
Ketiga, meyakini bahwa keberadaan
bintang-bintang bisa mendatangkan keberuntungan dan kesialan. Ini merupakan
syirik kecil, karena dia menjadikan sesuatu sebagai penyebab. Padahal Allah
tidak menyatakannya sebagai suatu penyebab akan datangnya keberuntungan ataupun
kesialan.
Adapun ilmu Tasyir itu ada dua macam
Pertama, memanfaatkan peredaran
bintang-bintang untuk kepentingan keagamaan seperti menentukan arah kiblat atau
waktu shalat. Ini adalah suatu yang sangat dinajurkan dan dibutuhkan.
Kedua, memanfaatkan peredaran
bintang-bintang untuk kepentingan duniawai, seperti mengetahui arah mata angina
tau mengtahui pergantian musim. Ini adalah sesuatu yang ditolerir dan
diperbolehkan. Walaupun sebagaian ulama salaf tidak menyukainya. (Al-Qoulul
Mufid, 2/102-104).
Dan sebenarnya, dalam kajian Islam
fungsi dari keberadaan bintang-bintang di langit dan tujuan penciptaannya
adalah: Pertama, sebagai hiasan langit (Ash-Shafat: 6 dan Fushilat: 12). Kedua,
sebagai penerang dan petunjuk jalan atau arah. (An-Nahl: 16 dan Al-An’am: 97).
Ketiga, sebagai pelempar syetan (Ash-Shafat: 8-10 dan Al-Mulk: 5). Dan bukan
untuk ramal-meramal nasib.
Comments
Post a Comment
Postingan antum akan tampil setelah diseleksi dan layak tampil. Jazakumullah Khairan Katsiran