Aku Melawan Teluh Atasanku [3]
Selasa, 02 Februari 2016 - 23 Rabiul Akhir 1437 H
Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan itu,
aku kembali mencari ‘orang pintar’. Ke merekalah aku berobat. Kepada mereka
pula aku mencari jawaban atas teka-teki itu.
Jawaban mereka tidak jauh dari apa yang
kuperkirakan. Ya, katanya atasanku tidak suka dengan selama ini.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan akhirnya ‘orang pintar’ yang biasa dipanggil dengan Mbah
Karto itu membuatkan aku jimat pelindung yang harus kukantongi kemana pun aku
pergi.
Bukan ketenangan yang kudapatkan. Tapi jiwa
tempramentalku semakin meledak-ledak. Aku bahkan berani melawan seorang petugas
kepolisian yang menilang lantaran aku tidak membawa STNK.
Aku tahu bila salah. Motor sudah kuserahkan. Tapi
oknum kepolisian itu meminta uang damai. Sementara di tanganku tidak ada uang
sepeserpun.
Kukatakan, kalau minta uang nanti sama
atasanku saja. Agak lama juga kami bersitegang, sampai akhirnya atasanku datang
menyelesaikan urusan kami.
Jiwa tempramentalku semakin meledak-ledak. Lantaran
kesalahan yang kecil, aku sudah marah. Belum lagi ditambah dengan sakit kepala
dan sesak napas yang sering muncul mendadak. Semakin menambah deret masalah
yang menghampiriku.
Atas pertimbangan kesehatan yang sering
terganggu aku mengajukan diri untuk mutasi pindah ke tempat yang lebih dekat
dengan tempat tinggal orangtuaku.
Aku bersyukur, permohonkanku dikabulkan. Selain
lebih dekat dengan orang tua, disana, juga ada pengobatan alternative yang
menggunakan media telur.
Untuk beberapa saat aku menjadi pasien yang
datang secara berkala. Setiap kali kesana, ada saja perubahan dari telur yang
ditunjukkan. Kadang ada patahan jarum di dalam telur yang dioles-oleskan ke
tubuhku.
Lain kali ada patahan silet. Di lain hari
ganti pecahan kaca yang masuk ke dalam telur.
Sebagai orang awam, kejanggalan-kejanggalan
itu tentu menambah keyakinan atas kebenaran informasi yang disampaikan dukun
bahwa aku sedang diserang teluh atas guna-guna.
Tahun 2002 meski kondisi kesehatanku masih
belum stabil, aku mewujudkan cita-citaku untuk menikah dengan seorang gadis
yang selama ini banyak memberikan dukungan moril.
Ia begitu tulus, sayang,
perhatian dan mengerti betul akan keadaanku. Kuharap dengan pernikahan ini akan
kuperoleh ketenangan batin yang dapat membantu proses kesembuhanku.
Tapi keadaan
berkehendak lain, aku tetap menjadi orang yang sering sakit-sakitan dan yang
lebih merisaukan hati, aku jadi sering bertengkar dengan istriku sendiri.
Sering istriku
melihat diriku menjadi orang lain. Katanya wajahku menyeramkan. Terlebih bila
aku sedang sakit kepala. Wajahku seakan berubah. Itulah mengapa bila aku
mengajak istri untuk berhubungan, tidak langsung dituruti.
Aku harus
membujuk untuk meluluhkan hatinya. Bukan karena ia tidak lagi cinta kepadaku. Bukan
karena ada lelaki lain dalam hatinya, tapi lebih disebabkan oleh penglihatannya
bahwa wajahku berubah menyeramkan.
Namun, bila sakit
kepala itu reda, katanya wajahku kembali seperti semula. Komunikasi pun
berjalan lancar kembali. Yang menjadi masalah adalah sakit kepala itu sering
datang mendadak, perubahan wajahku pun terjadi secara tiba-tiba. Aku sangat
memahami bila istriku bersikap begitu.
Untuk menyelesaikan
masalah demi masalah yang datang silih berganti, teman-teman menyodorkan daftar
‘orang pintar’ yang katanya, layak untuk kudatangi. Menuruti anjuran
keluarga dan juga karena kedangkalan pemahamanku tentang Islam.
Lagi-lagi ‘orang
pintar’ menjadi solusi tempatku berkonsultasi. Meski jawaban yang kuterima
pun sudah bisa ditebak; “Ada yang tidak suka dan berusaha memisahkan kamu”.
Sebenarnya aku
jenuh dengan jawaban yang selalu hampir sama, tapi aku merasa tidak memiliki
cara lain. Orang mengatakan pokoknya harus berusaha, ya itulah yang kulakukan. [Bersambung]
RRIAds - Bidara Ruqyah (Order via Tokopedia / KLIK GAMBAR)
FB: Rumah Ruqyah Indonesia - Twitter @RumahRuqyahID
0 comments:
Post a Comment
Postingan antum akan tampil setelah diseleksi dan layak tampil. Jazakumullah Khairan Katsiran