Selasa, 16 DzulQoidah 1436 H - 01 September 2015
Selasa, 16 DzulQoidah 1436 H - 01 September 2015
Minggu
lalu saya kembali Jum’atan di Graha CIMB Niaga Jalan Sudirman setelah
lama sekali nggak sholat Jum’at di situ. Sehabis meeting dengan salah
satu calon investor di lantai 27, saya buru-buru turun ke Masjid karena
takut terlambat, dan bener aja sampai di Masjid adzan sudah
berkumandang.
Karena terlambat saya jadi tidak tau siapa nama
Khotibnya saat itu. Sambil mendengarkan khotbah saya melihat sang
Khotib dari layar lebar yang di pasang di luar ruangan utama Masjid.
Khotibnya masih muda, tampan, berjenggot namun penampilannya
bersih, dari wajahnya saya melihat aura kecerdasan. Tutur katanya lembut
namun tegas, dari penampilannya yang menarik tersebut. Saya jadi penasaran apa
kira-kira isi khotbahnya.
Ternyata betul dugaan saya!!! Isi ceramah dan
cara menyampaikannya membuat jamaah larut dalam keharuan. Banyak yang
mengucurkan air mata (termasuk saya). Bahkan ada yang sampai tersedu
sedan. Weleh-weleh sampai segitunya ya, alu apa sih isi ceramahnya? koq
kayaknya amazing bingitzz.
Dengan gaya yang menarik sang Khotib
menceritakan “true story”. Seorang anak berumur 10 th namanya Umar, dia
anak pengusaha sukses yang kaya raya. Oleh ayahnya si Umar di sekolahkan
di SD Internasional paling bergengsi di Jakarta, tentu bisa ditebak,
bayarannya sangat mahal. Tapi bagi si pengusaha, tentu bukan
masalah wong uangnya berlimpah. Si ayah berfikir kalau anaknya harus
mendapat bekal pendidikan terbaik di semua jenjang agar anaknya kelak
menjadi orang yang sukses mengikuti jejaknya.
Suatu hari isterinya
kasih tau kalau Sabtu depan si ayah diundang menghadiri acara “Father’s
Day” di sekolah Umar. “Waduuuh saya sibuk ma..kamu aja deh yang datang..”
begitu ucap si ayah kepada isterinya, bagi dia acara beginian sangat nggak
penting dibanding urusan bisnis besarnya.
Tapi kali ini isterinya
marah dan mengancam, sebab sudah kesekian kalinya si ayah nggak pernah
mau datang ke acara anaknya. Dia malu karena anaknya selalu didampingi
ibunya, sedang anak-anak yang lain selalu didampingi ayahnya.
Nah karena
diancam isterinya..akhirnya si ayah mau hadir meski agak ogah-ogahan..
Father’s day adalah acara yang dikemas khusus dimana anak-anak saling unjuk
kemampuan di depan ayah-ayahnya.
Karena ayah si Umar ogah-ogahan maka dia
memilih duduk di paling belakang Sementara para ayah yang lain (terutama
yang muda-muda) berebut duduk di depan agar bisa menyemangati anak-anaknya yang akan
tampil di panggung.
Satu persatu anak-anak menampilkan bakat dan
kebolehannya masing-masing. Ada yang menyanyi, menari, membaca
puisi, pantomim, ada pula yang pamerkan lukisannya..dll. Semua mendapat
applause yang gegap gempita dari ayah-ayah mereka. Tibalah giliran si Umar
dipanggil gurunya untuk menampilkan kebolehannya.
“Miss, bolehkah
saya panggil pak Arief?” tanya si Umar kepada gurunya. Pak Arief adalah
guru mengaji untuk kegiatan ekstra kurikuler di sekolah itu. ”Oh
boleh.” begitu jawab gurunya..dan pak Arief pun dipanggil ke panggung.
“Pak
Arief, bolehkah bapak membuka Kitab Suci Al Qur’an Surat 78 (An-Naba)”
begitu Umar minta kepada guru ngajinya. "Tentu saja boleh nak..” jawab
pak Arief..
“Tolong bapak perhatikan apakah bacaan saya ada yg salah..”
lalu si Umar mulai melantunkan QS An-Naba’ tanpa membaca mushafnya
(hapalan). Dengan lantunan irama yang persis seperti bacaan Syaikh
Sudais (Imam Besar Masjidil Haram).
Semua hadirin diam terpaku
mendengarkan bacaan si Umar yg mendayu-dayu, termasuk ayah si Umar yang
duduk dibelakang. ”Stop! kamu telah selesai membaca ayat 1 s/d 5 dengan
sempurna. sekarang coba kamu baca ayat 9.” begitu kata pak Arief yang
tiba-tiba memotong bacaan Umar.
Lalu Umar pun membaca ayat 9…”Stop, coba
sekarang baca ayat 21..lalu ayat 33..” setelah usai Umar membacanya…lalu
kata pak Arief: “Sekarang kamu baca ayat 40 (ayat terakhir)”.. si Umarpun
membaca ayat ke 40 tsb sampai selesai”
“Subhanallah…kamu hafal
Surat An-Naba’ dengan sempurna nak…” begitu teriak pak Arief sambil
mengucurkan air matanya. Para hadirin yang Muslim pun tak kuasa menahan
airmatanya. Lalu pak Arief bertanya kepada Umar: ”Kenapa kamu memilih
menghafal Al-Qur’an dan membacakannya di acara ini nak, sementara
teman-temanmu unjuk kebolehan yang lain..?” begitu tanya pak Arief penasaran.
Begini
pak guru, waktu saya malas mengaji dalam mengikuti pelajaran
bapak, bapak menegur saya sambil menyampaikan Sabda Rasulullah
SAW: ”Siapa yang membaca Al Qur’an, mempelajarinya, dan mengamalkannya,
maka dipakaikan mahkota dari cahaya pada hari kiamat. Cahayanya seperti
cahaya matahari dan kedua orang tuanya dipakaiakan dua jubah (kemuliaan)
yang tidak pernah didapatkan di dunia. Keduanya bertanya, “Mengapa kami
dipakaikan jubah ini?” Dijawab,”Karena kalian berdua memerintahkan anak
kalian untuk mempelajari Al Qur’an.” (H.R. Al-Hakim).
“Pak
guru..saya ingin mempersembahkan 'Jubah Kemuliaan' kepada ibu dan ayah
saya di hadapan Allah di akherat kelak. Sebagai seorang anak yang berbakti
kepada kedua orangnya.” Semua orang terkesiap dan tidak bisa membendung air
matanya mendengar ucapan anak berumur 10 th tersebut. Ditengah suasana
hening tersebut. Tiba-tiba terdengan teriakan “Allahu Akbar..!!” dari seseorang
yang lari dari belakang menuju ke panggung.
Ternyata dia ayah si
Umar yang dengan tergopoh-gopoh langsung menubruk sang anak. Bersimpuh sambil
memeluk kaki anaknya. ”Ampuun nak.. maafkan ayah yang selama ini tidak
pernah memperhatikanmu. Tidak pernah mendidikmu dengan ilmu agama, apalagi
mengajarimu mengaji.” ucap sang ayah sambil menangis di kaki anaknya.
Ayah menginginkan agar kamu sukses di dunia nak. Ternyata kamu malah
memikirkan “kemuliaan ayah” di akherat kelak. "Ayah maluuu nak" ujar sang
ayah sambil nangis ter-sedu-sedu. Subhanallah.
Sampai disini, saya
melihat di layar sang Khotib mengusap air matanya yang mulai jatuh. Semua
jama’ah pun terpana dan juga mulai meneteskan airmatanya, termasuk
saya. Diantara jama’ah pun bahkan ada yang tidak bisa menyembunyikan suara
isak tangisnya. Luar biasa haru.
Entah apa yang ada dibenak jama’ah
yang menangis itu. Mungkin ada yang merasa berdosa karena menelantarkan
anaknya. Mungkin merasa bersalah karena lalai mengajarkan agama kepada
anaknya. Mungkin menyesal karena tidak mengajari anaknya mengaji, atau
merasa berdosa karena malas membaca Al-Qur’an yang hanya tergeletak di rak
bukunya dan semua dengan alasan sibuk urusan dunia…!!!
Saya
sendiri menangis karena merasa lalai dengan urusan akherat dan lebih
sibuk dengan urusan dunia. Padahal saya tau kalau kehidupan akherat jauh
lebih baik dan kekal dari pada kehidupan dunia yang remeh-temeh, sendau
gurau dan sangat singkat ini.
Seperti Firman Allah SWT dalam Q.S.
Al-An'Am ayat 32: ”Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main
dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi
orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?”
Astagfirullahal ghofururrohim. Hamba mohon ampunan kepada Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang.
RRIAds - Shampo Ruqyah (Order via Tokopedia / KLIK GAMBAR)
FB: Rumah Ruqyah Indonesia - Twitter @RumahRuqyahID
0 comments:
Post a Comment
Postingan antum akan tampil setelah diseleksi dan layak tampil. Jazakumullah Khairan Katsiran